LK
3.1 Menyusun Best Practices
Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan,
Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)
Terkait
Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran
Lokasi
|
SD Negeri Purwomartani |
Lingkup
Pendidikan |
Sekolah Dasar |
Tujuan
yang ingin dicapai |
Meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi dan
menyelesaikan soal bertipe HOTS dalam kegiatan pembelajaran. |
Penulis
|
Elsa Pratiwi, S.Pd |
Tanggal
|
30 Agustus – 13 September 2022 |
Situasi: Kondisi
yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik ini penting untuk
dibagikan, apa yang menjadi peran dan tanggung jawab anda dalam praktik ini. |
Kondisi
yang menjadi latar belakang masalah
Kurang maksimalnya pemanfaatan model pembelajaran
inovatif yang diterapkan oleh guru di kelas sangat mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran. Keberhasilan tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya
peningkatan kemampuan siswa, baik dari segi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik. Di samping itu, masa transisi dari pembelajaran
jarak jauh (PJJ) menuju pembelajaran tatap muka (PTM) 100% juga mempengaruhi
kemampuan belajar siswa. Kemampuan berbicara siswa setelah PJJ masih cukup
rendah, khususnya pada saat menyampaikan informasi yang diterimanya berdasarkan
teks yang telah dibaca. Siswa masih merasa bingung ketika diminta
menyampaikan kembali informasi yang diperolehnya. Tak jarang, siswa justru
menanyakan kembali kepada guru apa yang harus disampaikan saat berdiri di
depan kelas. Hal-hal yang menyebabkan diantaranya: 1. Kemampuan siswa menggali informasi masih kurang. 2. Siswa sulit merangkai kata dan kalimat yang akan
disampaikan. 3. Kurangnya interaksi tanya jawab antara guru dan
siswa dalam mengevaluasi materi yang telah dipelajari oleh siswa. Tidak hanya kemampuan berbicara saja yang rendah,
namun kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika khususnya yang
memerlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi juga masih rendah. Rendahnya
kemampuan siswa dalam matematika dipengaruhi oleh: 1. Kemampuan siswa dalam memahami maksud soal masih
kurang. 2. Siswa belum menguasai menguasai konsep dasar matematika.
3. Siswa tidak mampu menemukan kata kunci yang dapat diterapkan
sebagai cara penyelesaiannya. 4. Kurangnya pembiasaan drill latihan soal HOTS oleh
guru. Kondisi-kondisi yang dialami oleh siswa tersebut
disebabkan oleh guru belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Guru
masih dominan menggunakan ceramah dan pembelajaran lebih berpusat pada guru.
Pemanfaatan media pembelajaran di kelas juga belum maksimal. Oleh sebab itu, kemampuan
siswa dalam menyampaikan informasi dan menyelesaikan soal menjadi kurang
sehingga berpengaruh pada hasil belajar. Praktik
ini penting untuk dibagikan karena penulis berpikiran bahwa mungkin banyak rekan
guru yang mengalami hal yang sama, yaitu belum menerapkan model pembelajaran
inovatif. Oleh karena itu, adanya praktik ini selain mampu memotivasi diri
penulis juga bisa menjadi referensi bagi rekan guru lainnya. Tanggung
jawab dalam praktik ini Dari kondisi-kondisi tersebut, maka sudah seharusnya
guru dapat melakukan suatu inovasi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Salah satu yang harus dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran yang
inovatif. Dengan diterapkan model pembelajaran inovatif di dalam kelas,
diharapkan pembelajaran lebih bermakna pada siswa sehingga kemampuan afektif,
kognitif, dan psikomotorik dapat berkembang dengan baik. |
Tantangan : Apa
saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan tersebut? Siapa saja yang
terlibat, |
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang bermakna
bagi siswa, tantangan-tantangan yang dihadapi oleh seorang guru
diantaranya sebagai berikut: 1. Model pembelajaran di kelas masih belum inovatif 2. Guru belum menggunakan media bantu seperti media
konkret atau media audio visual. 3. Pembelajaran masih bersifat abstrak (materi kurang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari). 4. Pembelajaran yang terkadang masih kurang kondusif. Oleh karena itu, guru melakukan berbagai kegiatan
eksplorasi untuk mengatasi tantangan tersebut melalui pencarian jurnal,
wawancara dengan rekan sejawat, kepala sekolah, dan pakar. Adanya kegiatan
eksplorasi tersebut dapat membantu guru dalam menentukan solusi dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi di dalam kelas. |
Aksi : Langkah-langkah
apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut/ strategi apa yang
digunakan/ bagaimana prosesnya, siapa saja yang terlibat / Apa saja sumber
daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini |
Langkah-langkah
apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan Dalam menghadapi tantangan tersebut, maka guru harus
melakukan aksi dalam pembelajaran. Guru melakukan pemilihan strategi, model,
dan metode pembelajaran yang akan dilakukan sebelum melakukan langkah-langkah
pembelajaran. 1. Memilih model pembelajaran inovatif Guru memilih pendekatan saintifik TPACK, model
pembelajaran problem based learning pada aksi, serta metode
pembelajaran yang lebih banyak menekankan pada aktivitas siswa seperti:
ceramah yang disertai tanya jawab, diskusi kelompok, dan penugasan. Langkah-langkah pembelajaran pada aksi terdiri dari
tiga kegiatan, seperti kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan pendahuluan diawali dengan salam, presensi
kehadiran, dan berdoa sebelum pembelajaran dimulai. Selanjutnya, siswa
menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia raya, melakukan literasi 15 menit.
Setelah literasi, dilakukan apersepsi dengan tanya jawab mengenai materi yang
dipelajari sebelumnya hingga menyampaikan kegiatan dan tujun pembelajaran
yang dilakukan pada hari aksi tersebut. Kegiatan inti pada pembelajaran ini adalah penerapan
sintak-sintak dari model problem based learning yang meliputi: a.
Orientasi
siswa terhadap masalah b.
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar c.
Membimbing
penyelidikan secara individu maupun kelompok. d.
Mengembangkan
dan menyajikan hasil. e.
Menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Setelah kegiatan inti, dilanjutkan kegiatan penutup
seperti membuat rangkuman kegiatan pembelajaran hari ini, melakukan evaluasi
pembelajaran, refleksi, tindak lanjut, dan diakhiri dengan salam. Gambar 1. Orientasi terhadap masalah (sintak 1 PBL) Gambar 2. Diskusi kelompok oleh siswa 2. Memilih media pembelajaran yang digunakan Selain melakukan pemilihan model pembelajaran, guru
juga memperhatikan media atau alat peraga yang digunakan untuk mendukung
kegiatan di dalam kelas. Pada aksi pertama, guru menggunakan PPT Interaktif
dan mind mapping. PPT Interaktif ini berisikan video yang berkaitan dengan
pembelajaran, materi, rangkuman, soal latihan, video ice breaking. Sedangkan
pada aksi kedua, guru menggunakan PPT Interaktif dengan bantuan media konkret
berupa gelas matematika dan uang mainan. Proses mempersiapkan media tersebut
dimulai dari menyiapkan perangkat pembelajaran pada masing-masing aksi.
Sumber daya yang diperlukan untuk media tersebut antara lain: video youtube,
kertas manila, kertas karton, media uang mainan, gelas plastik, spidol, stik
eskrim, dan lain-lain. Gambar 3. Penggunaan mind map Gambar 4. Penggunaan gelas matematika Gambar 5. Pemanfaatan media uang mainan 3. Mengaitkan materi pembelajaran sesuai kehidupan
sehari-hari. Kegiatan pembelajaran juga dilakukan dengan
mengaitkan materi yang disampaikan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pada
aksi yang dilakukan, siswa diberi pengantar materi berupa masalah-masalah
yang ada disekitarnya seperti masalah yang berkaitan dengan perbedaan suku, bermain,
jual beli, dan lain-lain. 4. Melakukan kegiatan ice breaking agar pembelajaran
lebih kondusif. Gambar 6. Kegiatan ice
breaking |
Refleksi Hasil dan dampak Bagaimana
dampak dari aksi dari Langkah-langkah yang dilakukan? Apakah hasilnya
efektif? Atau tidak efektif? Mengapa?
Bagaimana respon orang lain terkait dengan strategi yang dilakukan, Apa yang
menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan dari strategi yang
dilakukan? Apa pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut |
Aksi langkah-langkah yang telah dilakukan memberikan
dampak berupa hasil yang efektif. Hasil tersebut dapat dilihat dari: 1. Pembelajaran dengan model pembelajaran problem
based learning sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir
kritis untuk meganalisis dan menyelesaikan suatu masalah. Disamping itu,
model ini juga efektif dalam meningkatkan keaktifan dan keterampilan
berbicara siswa yang terlihat dari kegiatan siswa pada saat proses
pembelajaran. 2. Penggunaan media PPT Interaktif dan media konkret (mind
mapping, uang mainan, gelas matematika) sangat efektif dalam menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan. Siswa antusias dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Siswa berani dalam mencoba media yang telah
dipersiapkan. Adanya media yang digunakan, mampu membantu siswa lebih fokus
dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan. 3. Dengan adanya ice breaking pada kegiatan
pembelajaran sangat efektif dalam mengatasi siswa yang mulai bosan dan
bersemangat kembali mengikuti pembelajaran. 4. Dengan melakukan diskusi kelompok, sikap kerja sama,
gotong royong, toleransi sudah diterapkan oleh siswa. 5. Siswa mengalami peningkatan hasil belajar pada
evaluasi apabila dibandingkan dengan pembelajaran sebelum menggunakan model problem
based learning. Dari dampak-dampak tersebut, respon rekan
sejawat (guru) juga positif terhadap strategi, langkah-langkah maupun
aksi yang penulis lakukan. Adanya ketertarikan dari rekan guru untuk mencoba
menerapkan model pembelajaran inovatif di kelas yang diampu. Respon siswa
terhadap aksi yang telah dilakukan juga positif. Berdasarkan respon siswa
melalui jurnal refleksi peserta didik, siswa merasa senang dan semangat
mengikuti kegiatan pembelajaran. Faktor keberhasilan
pembelajaran ini dipengaruhi oleh: 1. Kesiapan guru dalam merancang pembelajaran, mulai
dari model, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan sesuai dengan
karakteristik siswa dan materi yang akan disampaikan. 2. Sarana dan prasarana yang mendukung sehingga dapat
menunjang proses pembelajaran. 3. Kolaborasi dengan siswa, rekan sejawat, kepala
sekolah, dan orang tua berjalan dengan baik. Pembelajaran dari keseluruhan proses ini adalah guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam
merancang sebuah pembelajaran di dalam kelas agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan bermakna bagi siswa sehingga mampu mengaktifkan siswa dalam proses
pembelajatan dan tujuan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. |