Diantara banyak jenis hewan, paus merupakan spesies yang paling banyak menghasilkan "sampah".
Studi yang dirilis di Canadian Journal of Zoology mengungkap, Paus Sei yang bisa mencapai panjang 18 meter dan bobot 45 ton menghasilkan 627 liter urin sehari, setara 166 galon air minum.
Sementara, paus Fin sepanjang 26 meter dan berat 72.575 kilogram memproduksi 974 liter atau 257 galon urin per hari.
Jumlah feses laut belum pernah diukur tetapi dengam mudah dijumpai di permukaan laut. Feses salah satu mamalia terbesar di Bumi ini punya warna khas dan bau yang menyengat.
Meski merupakan sampah metabolisme, urin dan feses paus berguna, membuat manusia tetap bisa makan ikan.
Urin menyediakan nitrogen bagi lingkungan. Sementara feses selain menyediakan nitrogen juga menyuplai lautan dengan fosfor dan zat besi.
Fitoplankton, makhluk laut kecil yang punya fungsi seperti pohon, menggunakan nutrisi dari kotoran paus untuk tumbuh.
Dengan nutrisi itu, fitoplankton mampu melakukan fotosintesis, menyediakan oksigen bagi makhluk laut lainnya, serta bereproduksi.
Pertumbuhan fitoplankton berkat kotoran paus memungkinkan ekosistem laut tetap seimbang.
Fitoplankton dimakan zooplankton. Zooplankton kemudian dimakan makhluk lain yang lebih besar. Demikian rantai makanan di lautan bekerja.
Joe Roman, ahli biologi dari Universitas Vermont, mengatakan bahwa paus adalah "insinyur ekosistem".
Beberapa jenis paus memangsa makhluk yang hidup di laut dalam dan membuang kotoran sisa pencernaan di permukaan lautan.
Paus menunjukkan keterhubungan antara makhluk laut dalam dan permukaan yang tak akan mungkin bertemu.
Dewasa ini, paus adalah hewan yang banyak menghadapi ancaman. Ilmuwan memerkirakan, penurunan populasi paus akan menyebankan petaka bagi organisme yang menggantungkan hidupnya dari kotoran paus.
Jika dibiarkan, stok ikan sebagai sumber protein bagi manusia terancam. Manusia mungkin akan sulit makan ikan.
"Riset menunjukkan, makin banyak paus, populasi populasi ikan juga akan meningkat. Ini karena paus melepaskan nutrisi yang menyokong kehidupan ikan-ikan," kata Ramon seperti dikutip Livescience, 25 Juni 2016 lalu.
Sumber: apakabardunia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar