Rabu, 08 Mei 2013
Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing... (Mengencingi Guru?)
Sahabat, ada anekdot: jika mental guru bobrok, bisa disogok dengan uang seonggok, maka isi kepala muridpun menjadi penyok-penyok, nggak berbentuk. Mengapa demikian? Terkadang, sebagai insan yang pernah dilahirkan di lingkungan guru dan bahkan pernah bersekolah di pendidikan guru, hingga pernah mengajar di beberapa sekolah; saya sangat perihatin jika ada orang menyinggung - ‘menyambangi ‘ranah pendidikan dan pengajaran hanya dengan ‘nada’ sentimental. Menyinggung dengan sentimental, seolah bahwa pendidikan itu semata berhasil dan tidaknya hanya di tangan seorang yang bernama guru [1].
Menyinggung ranah pendidikan dengan sentimental, juga dimaksudkan, ketika orang hanya memandang sebelah mata, sewaktu membicarakan tentang ‘nasib’ guru, murid dan segala perangkat kerja yang ada di dalamnya. Kita mungkin belum sadar, jika dalam pendidikan, kita sedang mempertaruhkan masa depan bangsa kita [2].
Lalu, mengapa pemerintah, bahkan sejak menteri Pendidikan dan Kebudayaan (istilah saat itu) DR. Daoed Josoef menggembar-gemborkan inovasi pendidikan, hingga dibentuklah Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional? [3]
Ada apa dengan pendidikan kita? Ada yang perlu dibenahi, itu pasti. Mungkin benar, bahwa kita nggak pernah mau belajar dari para pendahulu kita, seperti Hatta, Agus Salim dan Sjahrir. Mereka mempunyai pengharapan bahwa dalam pendidikan juga mementingkan pendidikan yang menekankan pencerahan, pendidikan yang mengajak berpikir secara rasional, pendidikan yang bernurani yang mengutamakan kepentingan bangsa. Tak heran, jika sekarang pola pikir manusia (sebagian) sudah tercemari dengan pola pikir yang berorientasi, pada materi, kursi…. ataupun hal yang lainnya[4].
Saya, Anda, orang tua, guru dan masyarakat pada umumnya, itulah yang ikut membenahi. Membenahi dalam arti memberi nilai dan makna proses pembelajaran dan pendidikan secara positif. Sehingga proses itu tak hanya berujung pada kata LULUS, TAMAT, SELESAI pun pada kata TUNTAS. Proses pendidikan yang dapat mencerahkan, dan membawa manusia berpikir rasional dan berpikir bagi kepentingan masyarakat luas, bangsa pada umumnya, itulah yang diupayakan.
Akhirnya, saya hanya bisa berharap. Semoga pendidikan di negeri ini mampu meningkatkan kecerdasan anak, dalam olah pikir yang sehat , olah pikir yang bernurani. Tanpa kemampuan olah pikir yang sehat dan bernurani sehat pula, jangan heran jika anekdot mental guru bobrok, isi kepala murid penyok-penyok. Atau, jika guru kencing berdiri (dulu murid kencing berlari), kini bisa jadi guru kencing berdiri, murid mengencingi guru; anekdot itu akan menjadi kenyataan. Semoga tidak ya…. tidak menjadi kenyataan, bahwa ada murid kencing, mengencingi guru. Saya malu.
Sumber:
anehtapinyata
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar